Inflasi dan Indeks Harga
Makalah :
PENGARUH INLASI DAN INDEK HARGA TERHADAP PEREKONOMIAN SUATU NEGARA
Disusun untuk memenuhi salah satu
syarat pelajaran Ekonomi kelas XI semester genap tahun pelajaran 2014/2015
SMA NEGERI 34 JAKARTA
Jalan Margasatwa No. 1 Pondok Labu,
Cilandak Jakarta Selatan, Telp. 0217690064, Email sman34jkt1@yahoo.com, Pos. 12450
2015
Kata
Pengantar
Puji serta syukur kita
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa atas berkat dan karunia – Nya, makalah
“Pengaruh Inflasi dan Indek Harga terhadap Perekonomian suatu Negara” ini
sebagai tugas pembuatan makalah oleh guru ekonomi, bapak Tri Wahono yang dapat
terselesaikan dengan lancar. Selain itu, makalah ini dibuat agar kiranya dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran lebih lanjut mengenai Inflasi. Makalah ini
disusun berdasarkan kepentingan-kepentingan dan pembahasan pokok terkait dengan
Inflasi.
Dengan selesainya makalah ini, pembaca diharapkan
mampu memahami tentang inflasi dan sebagai salah satu bagian dari laju
pertumbuhan ekonomi dalam kehidupan ekonomi manusia. selain itu, setelah
pembaca mampu memahami, pembaca juga diharapkan mampu menerapkan pemahamannya
tentang inflasi dalam kehidupan ekonomi sehari-hari.
Jakarta, 12
Januari 2014
Hana Saffanah (10)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………2
Daftar isi………………………………………………………………………...3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi adalah
suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga umum secara terus-menerus. Jadi,
bukan harga satu atau dua acam barang saja, melainkan kenaikan harga dari
sebagian besar barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali
kenaikan harga secara terus menerus.
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat
memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan
lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal,
dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan
datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari
waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang
berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi
dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin
dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya
otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus
diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.
Mewujudkan inflasi nol persen atau zero
inflation secara terus menerus dalam perekonomian yang berkemabang adalah sukar
untuk dicapai. Oleh sebab itu dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah
menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang
akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan.
Inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi
yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang
produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan indek harga?
2. Bagaimana cara menysun indek harga?
3. Apa sajakah yang termaksud jenis indek
harga dan harga indek?
4. Apa saja metode untuk menghitung angka
indek?
5. Apa yang dimaksud dengan inflasi?
6. Apa saja yang termaksud inflasi?
7. Apa saja yang mempengaruhi inflasi?
8. Apa saja teori yang mempengaruhi inflasi?
9. Bagaimana cara menghitung inflasi?
10. Bagaimana cara mengatasi inflasi?
11. Apa yang dimaksud deflasi?
12. Apa yang dimaksud devaluasi?
13. Apa yang dimaksud depresiasi?
14. Apa yang dimaksud revaluasi?
15. Apa yang dimaksud apresiasi?
16. Apa yang dimaksud redenominasi rupiah?
1.3 Tujuan Penulisan
Masalah inflasi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat penting
untuk dibahas. Makalah ini dimaksudkan untuk membahas sebab- sebab terjadinya
inflasi, cara pengukuran tingkat inflasi serta kebijakan- kebijakan yang
sering diambil pemerintah untuk mengontrol kestabilan inflasi. Setelah membaca
makalah ini diharapkan pembaca mapun saya sebagai penulis dapat memahami apa
itu inflasi dan kebijakan- kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang
berhubungan dengan inflasi.
1.4
Sistematika
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Indeks Harga
2.1.1 Pengertian Indeks Harga
Angka indek merupakan suatu konsep yang dapat memberikan
gambaran tentang perubahan-perubahan variabel dari suatu priode ke periode
berikutnya. Dengan demikian angka indek dapat diartikan sebagai angka
perbandingan yang perubahan relatifnya dinyatakan dalam bentuk prosentase (%)
terhadap yang lain. Biasanya
untuk kesederhanaan, bentuk persentase bisa dihilangkan.
2.1.2 Penyusunan Angka Indeks
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka
penyusunan atau perhitungan angka indeks, yang nantinya dapat digunakan sebagai
data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angka indeks atau indeks harga di antaranya sebagai berikut.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angka indeks atau indeks harga di antaranya sebagai berikut.
a.
Perumusan Tujuan Penyusunan Angka Indeks
Penyusunan angka indeks bertujuan untuk mengukur perubahan atau membandingkan perubahan antara variabelvariabel ekonomi dan sosial. Dalam menyusun angka indeks perlu dirumuskan tentang apa yang akan diukur, bagaimana
cara mengukur, dan untuk apa pengukuran tersebut dilakukan.
Penyusunan angka indeks bertujuan untuk mengukur perubahan atau membandingkan perubahan antara variabelvariabel ekonomi dan sosial. Dalam menyusun angka indeks perlu dirumuskan tentang apa yang akan diukur, bagaimana
cara mengukur, dan untuk apa pengukuran tersebut dilakukan.
b.
Sumber dan Syarat Perbandingan Data
Penyusunan indeks harga selama periode tertentu membutuhkan data, baik jumlah produksi maupun harga barang dari tahun-tahun yang bersangkutan. Dalam hal ini harus ditentukan macam-macam barang yang akan dimasukkan dalam penghitungan angka indeks. Kesulitan utama dalam penyusunan angka indeks adalah memilih komponen yang termasuk sekumpulan variabel yang akan dipertimbangkan. Misalnya indeks bahan makanan, pilihlah jenis bahan makanan yang sering digunakan oleh masyarakat umum, akan tetapi pemilihan jenis barang harus representatif (dapat mewakili). Cara ini biasa disebut judgment sampling (metode sampel).
Penyusunan indeks harga selama periode tertentu membutuhkan data, baik jumlah produksi maupun harga barang dari tahun-tahun yang bersangkutan. Dalam hal ini harus ditentukan macam-macam barang yang akan dimasukkan dalam penghitungan angka indeks. Kesulitan utama dalam penyusunan angka indeks adalah memilih komponen yang termasuk sekumpulan variabel yang akan dipertimbangkan. Misalnya indeks bahan makanan, pilihlah jenis bahan makanan yang sering digunakan oleh masyarakat umum, akan tetapi pemilihan jenis barang harus representatif (dapat mewakili). Cara ini biasa disebut judgment sampling (metode sampel).
c.
Pemilihan Periode Dasar
Periode
dasar atau tahun dasar (base year/basic year) adalah periode atau tahun yang
angka indeksnya 100 atau 100%, sedangkan tahun berikutnya sebagai tahun
tertentu (given year).
Adapun cara pemilihan periode dasar dapat kamu lihat pada contoh berikut ini.
Adapun cara pemilihan periode dasar dapat kamu lihat pada contoh berikut ini.
Diketahui
angka indeks dari tahun 2000 sampai 2003, yaitu:
- tahun 2000 =
100,
- tahun 2001 = 110,
- tahun 2002 = 115, dan
- tahun 2003 = 120.
- tahun 2001 = 110,
- tahun 2002 = 115, dan
- tahun 2003 = 120.
Dari
indeks harga tersebut, yang dianggap sebagai tahun dasar adalah tahun 2000,
karena menunjukkan angka 100%.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih tahun dasar antara lain sebagai berikut.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih tahun dasar antara lain sebagai berikut.
1. Pemilihan
periode tahun dasar dilakukan dalam keadaan
perekonomian
dianggap relatif stabil (normal).
2.Periode dasar tidak
terlalu pendek atau terlalu panjang , maksudnya jarang sekali periode dasar
yang menggunakan waktu seminggu lebih lama dari lima tahun.
3. Pemilihan
tahun dasar atau periode dasar dapat juga berdasarkan suatu kejadian penting.
4.Pemilihan Timbangan
(Weight)
Dalam membandingkan suatu barang, selain faktor harga sebaiknya juga memperhatikan faktor kuantitas sebagai timbangan (weight) atau angka-angka penimbang. Pada barang yang dianggap penting, faktor penimbangnya akan tinggi, sedangkan pada barang yang kurang penting akan rendah.
Dalam membandingkan suatu barang, selain faktor harga sebaiknya juga memperhatikan faktor kuantitas sebagai timbangan (weight) atau angka-angka penimbang. Pada barang yang dianggap penting, faktor penimbangnya akan tinggi, sedangkan pada barang yang kurang penting akan rendah.
2.1.3 Jenis Indeks Harga
a.
Indek harga konsumen (IHK)
Indek harga konsumen adalah
ukuran statistik yang dapat menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada
eceran barang dan jasa yang diminta oleh konsumen dari waktu ke waktu.
b.
Indek harga perdagangan
besar (Whole Saler)
Indek harga perdangan besar adalah angka indek yang menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi atas harga pada pasar primer mengenai barang-barang tertentu.
Indek harga perdangan besar adalah angka indek yang menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi atas harga pada pasar primer mengenai barang-barang tertentu.
c.
Indek harga yang diterima
petani
Angka indek yang diterima
petani adalah indek harga yang berhubungan dengan pengorbanan (harga pokok)
yang telah dikorbankan denganhasil/yang diterima petani.
d.
Indek harga yang dibayar
petani
Indek yang dibayar petani adalah
indek harga yang meliputi
pembelian/biaya konsumsi
dan pembelanjaan untuk biaya
produksi pertaniannya.
2.1.4 Jenis Angka Indeks
a.
Angka Indeks Harga (Price Relative)
Indeks harga adalah angka yang
menunjukkan perubahanmengenai harga-harga barang, baik harga untuk satu macam
barang maupun berbagai macam barang, dalam waktu dan tempat yang sama atau
berlainan.
b.
Angka Indeks Jumlah (Quantity Relative)
Indeks jumlah adalah angka
yang menunjukkan perubahanmengenai jumlah barang sejenis atau sekumpulan barang
yang dihasilkan, digunakan, diekspor, dijual, dan sebagainya untuk waktu dan
tempat yang sama ataupun berlainan.
c.
Angka Indeks Nilai (Value Relative)
Indeks nilai adalah angka yang
dapat dipergunakan untukmengetahui nilai mengenai barang yang sejenis atau
sekumpulan barang dalam jangka waktu yang diketahui.
Contoh soal:
Contoh soal:
Bila harga barang tahun 2002
adalah Rp8.000,00 per kilogram, kemudian pada tahun 2003 menjadi Rp10.000,00
per kilogram, maka indeks harga barang tersebut pada tahun 2003 adalah sebagai
berikut.
10.000/8.000 x 100% = 125%
Jadi, harga barang pada tahun
2003 mengalami kenaikan
sebesar 25%.
2.1.5 Metode Perhitungan Angka Indeks
Penghitungan
angka indeks dapat dilakukan dengan beberapa metode. Oleh karena itu, perlu dilakukan pilihan yang
tepat agar tujuan angka indeks yang telah ditetapkan dapat tercapai. Pada
dasarnya terdapat dua metode penghitungan angka indeks yaitu sebagai berikut.
·
Angka indeks sederhana atau angka indeks tidak
ditimbang (simple agregative methode) dibagi dalam bentuk agregatif
sederhana dan rata-rata harga relatif atau agregative relative.
·
Angka indeks yang ditimbang, dibagi menjadi bentuk
agregatif sederhana dan rata-rata harga relatif tertimbang.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan pembahasan berikut ini.
a. Indeks Harga Tidak
Tertimbang dengan Metode Agregatif Sederhana.
Angka indeks yang dimaksud dalam penghitungan indeks harga tidak tertimbang meliputi indeks harga, kuantitas, dan nilai. Marilah kita simak pembahasannya masing-masing.
Angka indeks yang dimaksud dalam penghitungan indeks harga tidak tertimbang meliputi indeks harga, kuantitas, dan nilai. Marilah kita simak pembahasannya masing-masing.
1) Angka indeks harga (price = P)
Keterangan:
IA = indeks harga yang tidak ditimbang
Pn = harga yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
Contoh:
Pn = harga yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
Contoh:
Berdasarkan data di atas, maka angka indeks harga
tahun 2004 adalah:
IA = 1.500/1.300 x 100 = 115,38%
Jadi, harga tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 15,38%.
IA = 1.500/1.300 x 100 = 115,38%
Jadi, harga tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 15,38%.
2) Angka indeks kuantitas (quantity = Q)
Keterangan:
IA = indeks kuantitas yang tidak ditimbang
Qn = kuantitas yang akan dihitung angka indeksnya
Qo = kuantitas pada tahun dasar
Contoh:
Qn = kuantitas yang akan dihitung angka indeksnya
Qo = kuantitas pada tahun dasar
Contoh:
Berdasarkan data di atas, maka angka indeks
kuantitas tahun 2004 adalah:
IA = 1000/800 x 100 = 125%
Jadi, pada tahun 2004 terjadi kenaikan kuantitas sebesar 25%.
IA = 1000/800 x 100 = 125%
Jadi, pada tahun 2004 terjadi kenaikan kuantitas sebesar 25%.
3) Angka indeks nilai (value = V)
Keterangan:
IA = angka indeks nilai
Vn = nilai yang dihitung angka indeksnya
Vo = nilai pada tahun dasar
Penghitungan angka indeks dengan metode agregatif sederhana mempunyai kebaikan karena bersifat sederhana, sehingga mudah cara menghitungnya. Akan tetapi, metode ini mempunyai kelemahan yaitu apabila terjadi perubahan kuantitas satuan barang, maka angka indeksnya juga akan berubah.
Vn = nilai yang dihitung angka indeksnya
Vo = nilai pada tahun dasar
Penghitungan angka indeks dengan metode agregatif sederhana mempunyai kebaikan karena bersifat sederhana, sehingga mudah cara menghitungnya. Akan tetapi, metode ini mempunyai kelemahan yaitu apabila terjadi perubahan kuantitas satuan barang, maka angka indeksnya juga akan berubah.
b.
Angka Indeks Tertimbang
Penghitungan angka indeks
tertimbang dapat kamu lakukan dengan beberapa metode. Simaklah penjelasannya
masing-masing pada pembahasan berikut ini.
1) Metode agregatif sederhana
1) Metode agregatif sederhana
Angka indeks tertimbang
dengan metode agregatif sederhana dapat dihitung dengan rumus seperti di bawah
ini.
Keterangan:
IA = indeks harga yang ditimbang
Pn = nilai yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
W = faktor penimbang
Pn = nilai yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
W = faktor penimbang
Contoh penghitungan angka
indeks harga dapat kamu lihat
pada tabel berikut.
Berdasarkan data di atas, maka angka indeks harga tahun
2004 dapat dihitung dengan cara:
Jadi, pada tahun 2004 terjadi
kenaikan harga 10,61%.
2) Metode Laspeyres
Angka indeks Laspeyres adalah angka indeks yang ditimbang dengan faktor penimbangnya kuantitas tahun dasar (Qo).
Keterangan:
IL = angka indeks Laspeyres
Pn = harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
Qo = kuantitas pada tahun dasar
Untuk lebih jelasnya tetang penghitungan angka indeks Laspeyres, perhatikan contoh di bawah ini.
IL = angka indeks Laspeyres
Pn = harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
Qo = kuantitas pada tahun dasar
Untuk lebih jelasnya tetang penghitungan angka indeks Laspeyres, perhatikan contoh di bawah ini.
Berdasarkan data di atas, maka indeks Laspeyres dapat dihitung sebagai berikut.
IL = 210.000/200.000 x 100 = 105%
Berarti terjadi kenaikan harga sebesar 5% pada tahun 2004.
3) Metode Paasche
Angka indeks Paasche adalah angka indeks yang tertimbang dengan faktor penimbang kuantitas tahun n (tahun yang dihitung angka indeksnya) atau Qn.
IP = angka indeks Paasche
Pn = harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
Qn = kuantitas tahun yang dihitung angka indeksnya
Pn = harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
Qn = kuantitas tahun yang dihitung angka indeksnya
Berikut adalah contoh
penghitungan angka indeks tertimbang dengan metode Paasche.
Berdasarkan data di atas, maka indeks Paasche dapat
dihitung sebagai berikut.
IP = 242.500/240.000 x 100 = 101,04%
Berarti terjadi kenaikan harga sebesar 1,04% pada tahun 2004.
IP = 242.500/240.000 x 100 = 101,04%
Berarti terjadi kenaikan harga sebesar 1,04% pada tahun 2004.
Dari Metode Laspeyres dan
Metode Paasche terdapat suatu kelemahan sebagai berikut.
·
Angka indeks Laspeyres mempunyai kelemahan yaitu
hasil penghitungan lebih besar (over estimate), karena pada umumnya harga
barang cenderung naik, sehingga kuantitas barang yang diminta mengalami
penurunan. Dengan demikian besarnya Qo akan lebih besar daripada Qn.
·
Angka indeks Paasche mempunyai kelemahan yaitu
hasil penghitungan cenderung lebih rendah (under estimate), karena dengan
naiknya harga akan menyebabkan permintaan turun, sehingga Qn lebih kecil
daripada Qo.
Untuk menghilangkan
kelemahan tersebut dilakukan dengan cara mengintegrasikan angka indeks
tersebut, yaitu dengan menggunakan metode angka indeks Drobisch and Bowley.
4) Metode Drobisch and
Bowley
Angka indeks tertimbang dengan Metode Drobisch and Bowley dapat dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
D = angka indeks Drobisch
IL = angka indeks Laspeyres
IP = angka indeks Paasche
Contoh soal:
Berdasarkan penghitungan angka indeks Laspeyres dan Paasche, pada soal di atas dapat dihitung besarnya indeks Drobisch sebagai berikut.
IL = angka indeks Laspeyres
IP = angka indeks Paasche
Contoh soal:
Berdasarkan penghitungan angka indeks Laspeyres dan Paasche, pada soal di atas dapat dihitung besarnya indeks Drobisch sebagai berikut.
Berarti terdapat kenaikan
harga 3,02% pada tahun 2004.
5) Metode Irving Fisher\
Penghitungan angka indeks
dengan Metode Irving Fisher merupakan angka indeks yang ideal. Irving Fisher
menghitung indeks kompromi dengan cara mencari rata-rata ukur dari indeks
Laspeyres dan indeks Paasche.
Berdasarkan penghitungan
angka indeks Laspeyres dan Paasche, maka dapat dihitung besarnya indeks Irving
Fisher sebagai berikut.
Berarti terdapat kenaikan harga 3,00% pada tahun
2004.
6) Metode Marshal Edgewarth
Menurut metode ini, angka
indeks ditimbang dihitung dengan cara menggabungkan kuantitas tahun dasar dan
kuantitas tahun n, kemudian mengalikannya dengan harga pada tahun dasar atau
harga pada tahun n.
Angka indeks Marshal Edgewarth dapat dirumuskan sebagai berikut.
Angka indeks Marshal Edgewarth dapat dirumuskan sebagai berikut.
Untuk lebih jelasnya,
perhatikan data pada tabel di bawah ini agar kamu dapat mencari angka indeks
Marshal Edgewarth.
Berdasarkan data di atas,
maka angka indeks Marshal Edgewarth dapat dihitung sebagai berikut.
7) Angka Indeks Rantai
Angka indeks rantai adalah
penghitungan angka indeks dengan menggunakan tahun sebelumnya sebagai tahun
dasar. Misalnya menghitung angka indeks tahun 2000 dengan tahun dasar 1999,
angka indeks tahun 2001 dengan tahun dasar 2000, dan angka indeks tahun 2002
dengan tahun dasarnya 2001.
Indeks rantai dapat dihitung sebagai berikut.
- Indeks tahun 2000 = 500/500 × 100 = 100,00
- Indeks tahun 2001 = 600/500 × 100 = 120,00
- Indeks tahun 2002 = 700/600 × 100 = 116,67
- Indeks tahun 2003 = 800/700 × 100 = 114,29
- Indeks tahun 2004 = 900/800 × 100 = 112,50
- Indeks tahun 2000 = 500/500 × 100 = 100,00
- Indeks tahun 2001 = 600/500 × 100 = 120,00
- Indeks tahun 2002 = 700/600 × 100 = 116,67
- Indeks tahun 2003 = 800/700 × 100 = 114,29
- Indeks tahun 2004 = 900/800 × 100 = 112,50
2.2 Inflasi
2.2.1 Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi
atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata
uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi
belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat
perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur
tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat
digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah
angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100%
setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun.
2.2.2 Jenis – jenis Inflasi
Berdasarkan asalnya,
inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam
negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam
negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat
harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri
adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa
terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan
tarif impor barang.
Inflasi juga dapat
dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan
harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu,
inflasi itu disebut inflasi tertutup
(Closed Inflation). Namun,
apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu
disebut sebagai inflasi terbuka
(Open Inflation). Sedangkan
apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga
terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan
keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1.
Inflasi ringan
(kurang dari 10% / tahun)
2.
Inflasi sedang
(antara 10% sampai 30% / tahun)
3.
Inflasi berat
(antara 30% sampai 100% / tahun)
2.2.3 Penyebab Inflasi
Faktor
penyebab terjadinya inflasi adalah besarnya permintaan terhadap barang
(berlebihnya likuiditas/uang sebagai alat tukar). Sementara, produksi serta
distribusinya kurang.
Tingkat inflasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir rata-rata 7,98%. Penyebab inflasi di Indonesia, contohnya turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar (USD), naikknya harga BBM, aksi spekulasi di sektor industri keuangan dan investasi, serta dampak dan pengaruh kebijakan moneter negara besar seperti Amerika Serikat. Selama ini, tinggi rendahnya inflasi memang bergantung pada kemampuan bank sentral dalam mengatasi tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia.
Teori inflasi menyebutkan, besarnya permintaan dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter pemerintah. Sedangkan ketidaklancaran distribusi dan macetnya produksi dapat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah, contohnya naiknya pungutan pajak (insentif/disinsentif) serta perubahan kebijakan pembangunan infrastruktur. Dampaknya, akan menjadi tekanan terhadap dunia usaha.
Tingkat inflasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir rata-rata 7,98%. Penyebab inflasi di Indonesia, contohnya turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar (USD), naikknya harga BBM, aksi spekulasi di sektor industri keuangan dan investasi, serta dampak dan pengaruh kebijakan moneter negara besar seperti Amerika Serikat. Selama ini, tinggi rendahnya inflasi memang bergantung pada kemampuan bank sentral dalam mengatasi tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia.
Teori inflasi menyebutkan, besarnya permintaan dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter pemerintah. Sedangkan ketidaklancaran distribusi dan macetnya produksi dapat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah, contohnya naiknya pungutan pajak (insentif/disinsentif) serta perubahan kebijakan pembangunan infrastruktur. Dampaknya, akan menjadi tekanan terhadap dunia usaha.
2.2.4 Teori Inflasi
Secara garis besar 3 kelompok teori mengenai inflasi, masing-masing menyoroti
aspek-aspek tertentu dari proses inflasi, yaitu:
1. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari:
a. Jumlah uang yang beredar
b. Psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan
harga-harga (expectation)
Inti dari teori ini adalah :
a. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume
uang yang beredar (berupa penambahan uang cartal atau penambahan uang giral).
b.
Laju inflasi
ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi
(harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.
Ada 3 kemungkinan keadaan :
a. Keadaan pertama, apabila
masyarakat tidak (atau belum) mengharapkan harga-harga untuk naik pada bulan
bulan mendatang. Dalam hai ini,
sebagian besar dari penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima
masyarakat untuk menambah likwiditasnya (yaitu, memperbesar pos Kas dalam buku
neraca para anggota masyarakat). Ini berarti sebagian besar dari kenaikan
jumlah uang tersebut tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. Sehingga tidak
akan ada kenaikan permintaan yang berarti akan barang-barang, jadi tidak ada
kenaikan harga barang-barang. Dalam keadaan seperti ini kenaikan jumlah uang
beredar sebesar 10% diikuti oleh kenaikan harga- harga sebesar, misalnya 1%.
Keadaan ini biasa dijumpai pada waktu inflasi masih baru mulai dan masyarakat
masih belum sadar bahwa inflasi sedang berlangsung.
b.
Keadaan Kedua
adalah di mana masyarakat atas dasar pengalaman di bulan bulan sebelumnya mulai
sadar adanya inflasi. Penambahan jumlah uang yang beredar digunakan oleh
masyarakat untuk membeli barang-barang (memperbesar pos aktiva barang-barang
didalam neraca). Kenaikan harga (inflasi) adalah suatu pajak atas saldo kas masyarakat,
karena uang semakin tidak berharga. Dan orang-orang berusaha menghindari pajak
ini dengan mengubah saldo kasnya menjadi barang. Sehingga permintaan akan
barang-barang melonjak, akibatnya harga barang-barang tersebut juga mengalami
kenaikkan. Pada keadaan ini kenaikan jumlah uang sebesar, misalnya 10% akan
diikuti dengan kenaikan harga barang mungkin sebesar 10% pula.
c. Keadaan Ketiga adalah tahap Hiperinflasi, yakni
orang-orang sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Keadaan ini
ditandai oleh makin cepatnya peredaraan uang (velocity of circulation yang
menaik). Uang yang beredar sebesar misalnya 20% akan mengakibatkan kenaikan
harga lebih besar dari 20%.
2. Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi
menurut pandangan ini adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-
kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa
disediakan oleh masyarakat. Proses perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan
di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-
barang yang tersedia (timbulnya inflationary gap).
3. Teori Strukturalis
Adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas
pengalaman di negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari struktur perekonomian
yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor
struktural dari perekonomian (faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara
gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini disebut juga teori inflasi
jangka panjang.
Menurut teori ini ketegaran utama ada dua macam:
1. Ketegaran yang pertama berupa ketidakelastisan dari
penerimaan eksport., yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibanding
dengan pertumbuhan sektor- sektor lain.
Kelambanan ini disebabkan oleh:
·
Harga di pasar
dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin tidak menguntungkan
dibanding dengan barang-barang impor yang harus dibayar (term of trade makin memburuk).
·
Supplay atau
produksi barang-barang ekspor yang tidak responsif terhadap kenaikan harga
(supplay barang-barang ekspor yang tidak elastis).
Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini, berarti
kelambanan pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan
(untuk konsumsi maupun investasi). Akibatnya negara tersebut mengambil
kebijaksanaan pembangunan yang menekankan pada penggalakkan produksi dalam
negeri dari barang-barang yang sebelumnya diimpor (import substitution
strategy), meskipun biaya produksi dalam negeri lebih tinggi dan berkualitas
rendah daripada barang- barang sejenis yang diimpor. Biaya yang lebih tinggi
ini mengakibatkan harga yang lebih tinggi pula. Bila proses substitusi impor
ini makin meluas, biaya produksi juga meluas ke berbagai barang, sehingga makin
banyak harga barang yang naik, dan inflasipun terjadi.
2. Ketegaran Kedua berkaitan dengan ketidakelastisan
dari supplay atau produksi bahan makanan di dalam negeri. Produksi bahan
makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan penghasilan
per kapita, sehingga harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk menaik
melebihi kenaikan harga barang- barang lain. Akibat selanjutnya adalah
timbulnya tuntutan karyawan untuk memperoleh kenaikan upah. Kenaikan upah
berarti kenaikan ongkos produksi, yang berarti kenaikan harga barang-barang
tersebut. Kenaikan harga tersebut menyebabkan tuntutan kenaikan upah lagi. Dan
kenaikan upah ini diikuti kenaikan harga-harga. Demikian seterusnya.
Kesimpulan dari teori strukturalis yaitu:
1. Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di
negara- negara yang sedang berkembang.
2. Jumlah uang yang beredar bertambah secara pasif
mengikuti dan menampung kenaikan harga barang-barang tersebut. Proses inflasi
tersebut dapat berlangsung terus hanya bila jumlah uang yang beredar juga
bertambah terus.Tanpa kenaikan jumlah uang, proses tersebut akan berhenti
dengan sendirinya.(juga dalam teori Keynes dan teori kuantitas).
3. Tidak jarang faktor-faktor struktural yang dikatakan
sebagai sebab musabab yang paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100%
struktural. Sering dijumpai bahwa ketegaran ketegaran tersebut disebabkan oleh
kebijaksanaan harga/moneter pemerintah sendiri.
2.2.5 Dampak Inflasi
Inflasi memiliki
dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional
dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau
mengadakan investasi
dan produksi
karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti
pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan
kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat
yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh
seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada tahun 2003 -atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak
lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha,
tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang
bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga
menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang
semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga,
namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila
orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi
akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana
dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang
meminjam uang dari bank
(debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai
uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau
pihak yang meminjamkan uang
akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen,
inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
temenyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen,
maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan
produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju
inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada
pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi
dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan
suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
2.2.6 Perhitungan Laju Inflasi
Inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga
yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator
untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan
harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga.
Untuk menghitung besarnya
inflasi terlebih dahulu harus diketahui indek harga konsumen (IHK). IHK
adalah ukuran perubahan harga dari kelompok barang dan jasa yang paling banyak
dikonsumsi oleh rumah tangga dalam jangka waktu tertentu.
untuk menghitung IHK digunakan rumus :
untuk menghitung IHK digunakan rumus :
Harga sekarang
IHK = ----------------------- x 100%
Harga pada tahun dasar
Contoh menghitung IHK :
Harga jenis barang tertentu pada tahun 2003 Rp. 50.000 dan harga pada tahun dasar Rp. 40.000, maka IHK tahun 2003 adalah...
50.000
IHK = ---------- x 100% = 125%
40.000
Rumus untuk menghitung Laju inflasi adalah :
Laju Inflasi = IHK Periode n - IHK tahun sebelumnya
Contoh soal :
IHK bulan Agustus 2009 sebesar 115,34 dan IHK pada bulan september 2009 sebesar 125,30, maka laju inflasi bulan september adalah ....
Jawab :
Laju inflasi = 125,30 - 115,34 = 9.96%
Laju Inflasi = IHK Periode n - IHK tahun sebelumnya
Contoh soal :
IHK bulan Agustus 2009 sebesar 115,34 dan IHK pada bulan september 2009 sebesar 125,30, maka laju inflasi bulan september adalah ....
Jawab :
Laju inflasi = 125,30 - 115,34 = 9.96%
2.2.7 Cara Mengatasi Inflasi
Salah
satu cara mengatasi inflasi dengan kebijakan
pemerintah yaitu melalui kebijakan fiskal dan/ kebijakan moneter. Cara ini
dilakukan pemerintah agar tidak menyebabkan dampak inflasi seperti meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus menerus (pengertian inflasi), menjadi tidak meluas. Karena inflasi
dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebaliknya, kebijakan yang
diambil juga harus dapat mencegah penyebab inflasi maupun timbulnya deflasi.
Contoh kebijakan fiskal pemerintah, misalnya adalah menurunkan pungutan pajak secara dinamis, menaikkan insentif bagi dunia usaha yang melakukan perdagangan internasional, kebijakan ekspor-impor yang secara positif dapat menurunkan tingkat inflasi, kebijakan pembangunan infrastruktur yang tidak menekan dunia usaha, dll. Dampak positifnya, dapat meningkatkan gairah sektor-sektor industri yang pada akhirnya penyerapan tenaga kerja meningkat; bukan justru memperbanyak PHK dan pengangguran.
Sementara, kebijakan moneter dapat mendorong pertumbuhan perekonomian jika dapat mengatasi inflasi menjadi tidak lebih tinggi. Bank Indonesia umumnya mengandalkan jumlah uang yang beredar dan/ tingkat suku bunga dalam mengendalikan harga. Selain itu, Bank Indonesia juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik dan kurs rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar (USD).
Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi negara, yang pada akhirnya memberikan manfaat positif bagi peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Pentingnya pengendalian inflasi yang tinggi dan tidak stabil, dapat memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Sekali lagi, untuk mengatasi inflasi, pemerintah dan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter, contohnya menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sampai dengan suku bunga dasar kredit perbankan.
Contoh kebijakan fiskal pemerintah, misalnya adalah menurunkan pungutan pajak secara dinamis, menaikkan insentif bagi dunia usaha yang melakukan perdagangan internasional, kebijakan ekspor-impor yang secara positif dapat menurunkan tingkat inflasi, kebijakan pembangunan infrastruktur yang tidak menekan dunia usaha, dll. Dampak positifnya, dapat meningkatkan gairah sektor-sektor industri yang pada akhirnya penyerapan tenaga kerja meningkat; bukan justru memperbanyak PHK dan pengangguran.
Sementara, kebijakan moneter dapat mendorong pertumbuhan perekonomian jika dapat mengatasi inflasi menjadi tidak lebih tinggi. Bank Indonesia umumnya mengandalkan jumlah uang yang beredar dan/ tingkat suku bunga dalam mengendalikan harga. Selain itu, Bank Indonesia juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik dan kurs rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar (USD).
Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi negara, yang pada akhirnya memberikan manfaat positif bagi peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Pentingnya pengendalian inflasi yang tinggi dan tidak stabil, dapat memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Sekali lagi, untuk mengatasi inflasi, pemerintah dan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter, contohnya menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sampai dengan suku bunga dasar kredit perbankan.
2.3 Devaluasi, deflasi, apresiasi, depresiasi, revaluasi, redenominasi rupiah
2.3.1 Deflasi
Daya beli uang yang mengalami
peningkatan, karena jumlah uang yang beredar relatif lebih sedikit dari jumlah
barang dan jasa yang tersedia. Tujuan dari devaluasi adalah untuk meningkatkan
ekspor barang, neraca pembayaran menjadi surplus.
2.3.2 Devaluasi
Kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata
uang dalam negeri terhadap valuta asing dengan sengaja. Deflasi dapat di atasi
dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan, masyarakat menambah pengeluaran.
2.3.3 Depresiasi
Penurunan nilai tukar mata uang
terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
2.3.4 Revaluasi
Kebijakan pemerintah untuk menaikan
nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing.
2.3.5 Apresiasi
Kenaikan nilai tukar suatu mata uang
terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
2.3.6 Redenominasi Rupiah
Menyederhanakan denominasi (pecahan)
mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka
nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misal Rp 5.000 menjadi Rp 5.
Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga
daya beli masyarakat tidak berubah.Akibat yang timbul dimasyarakat tidak ada
kerugian karena daya beli tetap sama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angka indeks adalah sebuah rasio yang umumnya
dinyatakan dalam persentase yang mengukur satu variabel pada suatu waktu atau
lokasi tertentu relatif terhadap besarnya variabel yang sama atau lokasi
lainnya. Dalam penyusunan angka indeks, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu
tujuan penyusunan angka indeks, sumber dan syarat perbandingan data, pemilihan
periode dasar, dan pemilihan timbangan. Perhitungan indeks harga dibagi menjadi
dua yaitu, indeks harga agregatif tidak tertimbang dan indeks harga agregatif
tertimbang.
Inflasi adalah naiknya harga – harga yang bersumber
dari terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang. Inflasi dapat
dibedakan berdasarkan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan tingkat keparahan,
terdapat inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat dan inflasi sangat berat.
Berdasarkan penyebab, terdapat Demmand-pull inflation dan cost-push inflation.
Berdasarkan asal terdapat imported inflation dan inflasi dalam negeri.
2.4 Saran
Diharapkan
kepada pemerintah untuk menstabilkan efisiensi ekonomi tanpa harus menyebabkan
ketidaksetimbangan indeks harga di masyarakat. Kebijakan yang ditetapkan
pemerintah dalam mengurangi dampak negatif inflasi hendaknya dapat dijalankan
sebagaimana mestinya dan mendapatkan partisipasi aktif oleh masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
https://tantyyuzni.wordpress.com/2013/06/10/contoh-makalah-ekonomi-tentang-indeks-harga-dan-inflasi/
0 komentar