Inflasi dan Indeks Harga



Makalah :
PENGARUH INLASI DAN INDEK HARGA TERHADAP PEREKONOMIAN SUATU NEGARA


http://www.arenakarier.com/foto_perusahaan/IEfhAYhm1X_logo_sman34jpg.jpg
 
                                                   



                                                                                                                                                                           


Disusun untuk memenuhi salah satu syarat pelajaran Ekonomi kelas XI semester genap tahun pelajaran 2014/2015




SMA NEGERI 34 JAKARTA
Jalan Margasatwa No. 1 Pondok Labu, Cilandak Jakarta Selatan, Telp. 0217690064, Email sman34jkt1@yahoo.com, Pos. 12450
2015

Kata Pengantar
Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa atas berkat dan karunia – Nya, makalah “Pengaruh Inflasi dan Indek Harga terhadap Perekonomian suatu Negara” ini sebagai tugas pembuatan makalah oleh guru ekonomi, bapak Tri Wahono yang dapat terselesaikan dengan lancar. Selain itu, makalah ini dibuat agar kiranya dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran lebih lanjut mengenai Inflasi. Makalah ini disusun berdasarkan kepentingan-kepentingan dan pembahasan pokok terkait dengan Inflasi.

Dengan selesainya makalah ini, pembaca diharapkan mampu memahami tentang inflasi dan sebagai salah satu bagian dari laju pertumbuhan ekonomi dalam kehidupan ekonomi manusia. selain itu, setelah pembaca mampu memahami, pembaca juga diharapkan mampu menerapkan pemahamannya tentang inflasi dalam kehidupan ekonomi sehari-hari.


Jakarta, 12 Januari 2014
Hana Saffanah (10)













DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………2
Daftar isi………………………………………………………………………...3

      BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga umum secara terus-menerus. Jadi, bukan harga satu atau dua acam barang saja, melainkan kenaikan harga dari sebagian besar barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga secara terus menerus.

Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.

Mewujudkan inflasi nol persen atau zero inflation secara terus menerus dalam perekonomian yang berkemabang adalah sukar untuk dicapai. Oleh sebab itu dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah.

Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

1.2              Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan indek harga?
2.      Bagaimana cara menysun indek harga?
3.      Apa sajakah yang termaksud jenis indek harga dan harga indek?
4.      Apa saja metode untuk menghitung angka indek?
5.      Apa yang dimaksud dengan inflasi?
6.      Apa saja yang termaksud inflasi?
7.      Apa saja yang mempengaruhi inflasi?
8.      Apa saja teori yang mempengaruhi inflasi?
9.      Bagaimana cara menghitung inflasi?
10.  Bagaimana cara mengatasi inflasi?
11.  Apa yang dimaksud deflasi?
12.  Apa yang dimaksud devaluasi?
13.  Apa yang dimaksud depresiasi?
14.  Apa yang dimaksud revaluasi?
15.  Apa yang dimaksud apresiasi?
16.  Apa yang dimaksud redenominasi rupiah?

1.3              Tujuan Penulisan

Masalah inflasi yang sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat penting untuk dibahas. Makalah ini dimaksudkan untuk membahas sebab- sebab terjadinya inflasi, cara pengukuran tingkat inflasi serta  kebijakan- kebijakan yang sering diambil pemerintah untuk mengontrol kestabilan inflasi. Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mapun saya sebagai penulis dapat memahami apa itu inflasi dan kebijakan- kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang berhubungan dengan inflasi.


1.4              Sistematika

Organization Chart
BAB II

       PEMBAHASAN

2.1   Indeks Harga

2.1.1        Pengertian Indeks Harga

            Angka indek merupakan suatu konsep yang dapat memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan variabel dari suatu priode ke periode berikutnya. Dengan demikian angka indek dapat diartikan sebagai angka perbandingan yang perubahan relatifnya dinyatakan dalam bentuk prosentase (%) terhadap yang lain. Biasanya untuk kesederhanaan, bentuk persentase bisa dihilangkan.

2.1.2        Penyusunan Angka Indeks

            Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan atau perhitungan angka indeks, yang nantinya dapat digunakan sebagai data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angka indeks atau indeks harga di antaranya sebagai berikut.
a.    Perumusan Tujuan Penyusunan Angka Indeks
Penyusunan angka indeks bertujuan untuk mengukur perubahan atau membandingkan perubahan antara variabelvariabel ekonomi dan sosial. Dalam menyusun angka indeks perlu dirumuskan tentang apa yang akan diukur, bagaimana
cara mengukur, dan untuk apa pengukuran tersebut dilakukan.
b.    Sumber dan Syarat Perbandingan Data
Penyusunan indeks harga selama periode tertentu membutuhkan data, baik jumlah produksi maupun harga barang dari tahun-tahun yang bersangkutan. Dalam hal ini harus ditentukan macam-macam barang yang akan dimasukkan dalam penghitungan angka indeks. Kesulitan utama dalam penyusunan angka indeks adalah memilih komponen yang termasuk sekumpulan variabel yang akan dipertimbangkan. Misalnya indeks bahan makanan, pilihlah jenis bahan makanan yang sering digunakan oleh masyarakat umum, akan tetapi pemilihan jenis barang harus representatif (dapat mewakili). Cara ini biasa disebut judgment sampling (metode sampel).

c.    Pemilihan Periode Dasar
Periode dasar atau tahun dasar (base year/basic year) adalah periode atau tahun yang angka indeksnya 100 atau 100%, sedangkan tahun berikutnya sebagai tahun tertentu (given year).
Adapun cara pemilihan periode dasar dapat kamu lihat pada contoh berikut ini.

Diketahui angka indeks dari tahun 2000 sampai 2003, yaitu:
- tahun 2000 = 100,
- tahun 2001 = 110,
- tahun 2002 = 115, dan
- tahun 2003 = 120.
Dari indeks harga tersebut, yang dianggap sebagai tahun dasar adalah tahun 2000, karena menunjukkan angka 100%.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih tahun dasar antara lain sebagai berikut.

1. Pemilihan periode tahun dasar dilakukan dalam keadaan
perekonomian dianggap relatif stabil (normal).
2.Periode dasar tidak terlalu pendek atau terlalu panjang , maksudnya jarang sekali periode dasar yang menggunakan waktu seminggu lebih lama dari lima tahun.
3. Pemilihan tahun dasar atau periode dasar dapat juga berdasarkan suatu kejadian penting.
4.Pemilihan Timbangan (Weight)
Dalam membandingkan suatu barang, selain faktor harga sebaiknya juga memperhatikan faktor kuantitas sebagai timbangan (weight) atau angka-angka penimbang. Pada barang yang dianggap penting, faktor penimbangnya akan tinggi, sedangkan pada barang yang kurang penting akan rendah.

2.1.3        Jenis Indeks Harga

a.                  Indek harga konsumen (IHK)
Indek harga konsumen adalah ukuran statistik yang dapat menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada eceran barang dan jasa yang diminta oleh konsumen dari waktu ke waktu.
b.                 Indek harga perdagangan besar (Whole Saler)
Indek harga perdangan besar adalah angka indek yang menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi atas harga pada pasar primer mengenai barang-barang tertentu.
c.      Indek harga yang diterima petani
Angka indek yang diterima petani adalah indek harga yang berhubungan dengan pengorbanan (harga pokok) yang telah dikorbankan denganhasil/yang diterima petani.
d.                 Indek harga yang dibayar petani
Indek yang dibayar petani adalah indek harga yang meliputi
pembelian/biaya konsumsi dan pembelanjaan untuk biaya
produksi pertaniannya.

2.1.4        Jenis Angka Indeks

a.                  Angka Indeks Harga (Price Relative)
Indeks harga adalah angka yang menunjukkan perubahanmengenai harga-harga barang, baik harga untuk satu macam barang maupun berbagai macam barang, dalam waktu dan tempat yang sama atau berlainan.
b.                 Angka Indeks Jumlah (Quantity Relative)
Indeks jumlah adalah angka yang menunjukkan perubahanmengenai jumlah barang sejenis atau sekumpulan barang yang dihasilkan, digunakan, diekspor, dijual, dan sebagainya untuk waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan.
c.                  Angka Indeks Nilai (Value Relative)
Indeks nilai adalah angka yang dapat dipergunakan untukmengetahui nilai mengenai barang yang sejenis atau sekumpulan barang dalam jangka waktu yang diketahui.
Contoh soal:
Bila harga barang tahun 2002 adalah Rp8.000,00 per kilogram, kemudian pada tahun 2003 menjadi Rp10.000,00 per kilogram, maka indeks harga barang tersebut pada tahun 2003 adalah sebagai berikut.
10.000/8.000 x 100% = 125%
Jadi, harga barang pada tahun 2003 mengalami kenaikan
sebesar 25%.

2.1.5        Metode Perhitungan Angka Indeks

Penghitungan angka indeks dapat dilakukan dengan beberapa metode. Oleh karena itu, perlu dilakukan pilihan yang tepat agar tujuan angka indeks yang telah ditetapkan dapat tercapai. Pada dasarnya terdapat dua metode penghitungan angka indeks yaitu sebagai berikut.
·           Angka indeks sederhana atau angka indeks tidak ditimbang (simple agregative methode) dibagi dalam bentuk agregatif sederhana dan rata-rata harga relatif atau agregative relative.
·           Angka indeks yang ditimbang, dibagi menjadi bentuk agregatif sederhana dan rata-rata harga relatif tertimbang.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan pembahasan berikut ini.
a.      Indeks Harga Tidak Tertimbang dengan Metode Agregatif Sederhana.
Angka indeks yang dimaksud dalam penghitungan indeks harga tidak tertimbang meliputi indeks harga, kuantitas, dan nilai. Marilah kita simak pembahasannya masing-masing.

1) Angka indeks harga (price = P)






Keterangan:
IA = indeks harga yang tidak ditimbang
Pn = harga yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar

Contoh:

Berdasarkan data di atas, maka angka indeks harga tahun 2004 adalah:
IA = 1.500/1.300 x 100 = 115,38%
Jadi, harga tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar                            15,38%.




2) Angka indeks kuantitas (quantity = Q)




Keterangan:
IA = indeks kuantitas yang tidak ditimbang
Qn = kuantitas yang akan dihitung angka indeksnya
Qo = kuantitas pada tahun dasar

Contoh:

Berdasarkan data di atas, maka angka indeks kuantitas tahun 2004 adalah:
IA = 1000/800 x 100 = 125%
Jadi, pada tahun 2004 terjadi kenaikan kuantitas sebesar 25%.




3) Angka indeks nilai (value = V)

Keterangan:
IA = angka indeks nilai
Vn = nilai yang dihitung angka indeksnya
Vo = nilai pada tahun dasar

Penghitungan angka indeks dengan metode agregatif sederhana mempunyai kebaikan karena bersifat sederhana, sehingga mudah cara menghitungnya. Akan tetapi, metode ini mempunyai kelemahan yaitu apabila terjadi perubahan kuantitas satuan barang, maka angka indeksnya juga akan berubah.

b.     



Angka Indeks Tertimbang
Penghitungan angka indeks tertimbang dapat kamu lakukan dengan beberapa metode. Simaklah penjelasannya masing-masing pada pembahasan berikut ini.

1) Metode agregatif sederhana
Angka indeks tertimbang dengan metode agregatif sederhana dapat dihitung dengan rumus seperti di bawah ini.

Keterangan:
IA = indeks harga yang ditimbang
Pn = nilai yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
W = faktor penimbang


Contoh penghitungan angka indeks harga dapat kamu lihat



pada tabel berikut.
Berdasarkan data di atas, maka angka indeks harga tahun



2004 dapat dihitung dengan cara:

Jadi, pada tahun 2004 terjadi kenaikan harga 10,61%.

2) Metode Laspeyres

Angka indeks Laspeyres adalah angka indeks yang ditimbang dengan faktor penimbangnya kuantitas tahun dasar (Qo).



 Keterangan:
IL = angka indeks Laspeyres
Pn = harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
Qo = kuantitas pada tahun dasar

Untuk lebih jelasnya tetang penghitungan angka indeks Laspeyres, perhatikan contoh di bawah ini.




Berdasarkan data di atas, maka indeks Laspeyres dapat dihitung sebagai berikut.
IL = 210.000/200.000 x 100 = 105%
Berarti terjadi kenaikan harga sebesar 5% pada tahun 2004.

3) Metode Paasche
Angka indeks Paasche adalah angka indeks yang tertimbang dengan faktor penimbang kuantitas tahun n (tahun yang dihitung angka indeksnya) atau Qn.

IP = angka indeks Paasche
Pn = harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
Qn = kuantitas tahun yang dihitung angka indeksnya

Berikut adalah contoh penghitungan angka indeks tertimbang dengan metode Paasche.
Berdasarkan data di atas, maka indeks Paasche dapat dihitung sebagai berikut.
IP = 242.500/240.000 x 100 = 101,04%
Berarti terjadi kenaikan harga sebesar 1,04% pada tahun 2004.

Dari Metode Laspeyres dan Metode Paasche terdapat suatu kelemahan sebagai berikut.
·         Angka indeks Laspeyres mempunyai kelemahan yaitu hasil penghitungan lebih besar (over estimate), karena pada umumnya harga barang cenderung naik, sehingga kuantitas barang yang diminta mengalami penurunan. Dengan demikian besarnya Qo akan lebih besar daripada Qn.
·         Angka indeks Paasche mempunyai kelemahan yaitu hasil penghitungan cenderung lebih rendah (under estimate), karena dengan naiknya harga akan menyebabkan permintaan turun, sehingga Qn lebih kecil daripada Qo.
Untuk menghilangkan kelemahan tersebut dilakukan dengan cara mengintegrasikan angka indeks tersebut, yaitu dengan menggunakan metode angka indeks Drobisch and Bowley.
4) Metode Drobisch and Bowley



Angka indeks tertimbang dengan Metode Drobisch and Bowley dapat dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
D = angka indeks Drobisch
IL = angka indeks Laspeyres
IP = angka indeks Paasche

Contoh soal
:
Berdasarkan penghitungan angka indeks Laspeyres dan Paasche, pada soal di atas dapat dihitung besarnya indeks Drobisch sebagai berikut.
Berarti terdapat kenaikan harga 3,02% pada tahun 2004.




5) Metode Irving Fisher\

Penghitungan angka indeks dengan Metode Irving Fisher merupakan angka indeks yang ideal. Irving Fisher menghitung indeks kompromi dengan cara mencari rata-rata ukur dari indeks Laspeyres dan indeks Paasche.

Berdasarkan penghitungan angka indeks Laspeyres dan Paasche, maka dapat dihitung besarnya indeks Irving Fisher sebagai berikut.
Berarti terdapat kenaikan harga 3,00% pada tahun 2004.






6) Metode Marshal Edgewarth

Menurut metode ini, angka indeks ditimbang dihitung dengan cara menggabungkan kuantitas tahun dasar dan kuantitas tahun n, kemudian mengalikannya dengan harga pada tahun dasar atau harga pada tahun n.

Angka indeks Marshal Edgewarth dapat dirumuskan sebagai berikut.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan data pada tabel di bawah ini agar kamu dapat mencari angka indeks Marshal Edgewarth.
Berdasarkan data di atas, maka angka indeks Marshal Edgewarth dapat dihitung sebagai berikut.





7) Angka Indeks Rantai

Angka indeks rantai adalah penghitungan angka indeks dengan menggunakan tahun sebelumnya sebagai tahun dasar. Misalnya menghitung angka indeks tahun 2000 dengan tahun dasar 1999, angka indeks tahun 2001 dengan tahun dasar 2000, dan angka indeks tahun 2002 dengan tahun dasarnya 2001.
Indeks rantai dapat dihitung sebagai berikut.
- Indeks tahun 2000 = 500/500 × 100 = 100,00
- Indeks tahun 2001 = 600/500 × 100 = 120,00
- Indeks tahun 2002 = 700/600 × 100 = 116,67
- Indeks tahun 2003 = 800/700 × 100 = 114,29
-   Indeks tahun 2004              =   900/800 × 100                     = 112,50

2.2   Inflasi

2.2.1        Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

2.2.2        Jenis – jenis Inflasi

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1.            Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
2.            Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3.            Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4.            Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

2.2.3        Penyebab Inflasi

Faktor penyebab terjadinya inflasi adalah besarnya permintaan terhadap barang (berlebihnya likuiditas/uang sebagai alat tukar). Sementara, produksi serta distribusinya kurang.

Tingkat inflasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir rata-rata 7,98%. Penyebab inflasi di Indonesia, contohnya turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar (USD), naikknya harga BBM, aksi spekulasi di sektor industri keuangan dan investasi, serta dampak dan pengaruh kebijakan moneter negara besar seperti Amerika Serikat. Selama ini, tinggi rendahnya inflasi memang bergantung pada kemampuan bank sentral dalam mengatasi tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia.

Teori inflasi menyebutkan, besarnya permintaan dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter pemerintah. Sedangkan ketidaklancaran distribusi dan macetnya produksi dapat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah, contohnya naiknya pungutan pajak (insentif/disinsentif) serta perubahan kebijakan pembangunan infrastruktur. Dampaknya, akan menjadi tekanan terhadap dunia usaha.

2.2.4        Teori Inflasi        

                   Secara garis besar 3 kelompok teori  mengenai inflasi, masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi, yaitu:

1.      Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari:
a.       Jumlah uang yang beredar
b.       Psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectation)
Inti dari teori ini adalah :
a.       Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar (berupa penambahan uang cartal atau penambahan uang giral).
b.         Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.
Ada 3 kemungkinan keadaan :
a.       Keadaan pertama, apabila masyarakat tidak (atau belum) mengharap­kan harga-harga untuk naik pada bulan bulan mendatang. Dalam hai ini, sebagian besar dari penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima masyarakat untuk menambah likwiditasnya (yaitu, memperbesar pos Kas dalam buku neraca para anggota ma­syarakat). Ini berarti sebagian besar dari kenaikan jumlah uang tersebut tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. Sehingga tidak akan ada kenaikan permintaan yang berarti akan barang-barang, jadi tidak ada kenaikan harga barang-barang. Dalam keadaan seperti ini kenaikan jumlah uang beredar sebesar 10% diikuti oleh kenaikan harga- harga sebesar, misalnya 1%. Keadaan ini biasa dijumpai pada waktu inflasi masih baru mulai dan masyarakat masih belum sadar bahwa inflasi sedang berlang­sung.
b.        Keadaan Kedua adalah di mana masyarakat atas dasar pengalaman di bulan bulan sebelumnya mulai sadar adanya inflasi. Penambahan jumlah uang yang beredar digunakan oleh masyarakat untuk membeli barang-barang (memperbesar pos aktiva barang-barang didalam neraca). Kenaikan harga (inflasi) adalah suatu pajak atas saldo kas ma­syarakat, karena uang semakin tidak berharga. Dan orang-orang berusaha menghindari pajak ini dengan mengubah saldo kasnya menjadi barang. Sehingga permintaan akan barang-barang melonjak, akibatnya harga barang-barang tersebut juga mengalami kenaikkan. Pada keadaan ini kenaikan jumlah uang sebesar, misalnya 10% akan diikuti dengan kenaikan harga barang mungkin sebesar 10% pula.
c.       Keadaan Ketiga adalah tahap Hiperinflasi, yakni orang-orang sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Keadaan ini ditandai oleh makin cepatnya peredaraan uang (velocity of circulation yang menaik). Uang yang beredar sebesar misalnya 20% akan mengakibatkan kenaikan harga lebih besar dari 20%.

2.  Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok- kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat. Proses perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang- barang yang tersedia (timbulnya inflationary gap).

3. Teori Strukturalis
Adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari struktur perekonomian yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian (faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang.

Menurut teori ini ketegaran utama ada dua macam:

1. Ketegaran yang pertama berupa ketidakelastisan dari penerimaan eksport., yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor- sektor lain.

Kelambanan ini disebabkan oleh:
·         Harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin tidak menguntungkan dibanding dengan barang-barang impor yang harus dibayar (term of trade makin memburuk).
·         Supplay atau produksi barang-barang ekspor yang tidak respon­sif terhadap kenaikan harga (supplay barang-barang ekspor yang tidak elastis).
Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini, berarti kelambanan pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuh­kan (untuk konsumsi maupun investasi). Akibatnya negara tersebut mengambil kebijaksanaan pembangunan yang menekankan pada pengga­lakkan produksi dalam negeri dari barang-barang yang sebelumnya diimpor (import substitution strategy), meskipun biaya produksi dalam negeri lebih tinggi dan berkualitas rendah daripada barang- barang sejenis yang diimpor. Biaya yang lebih tinggi ini mengaki­batkan harga yang lebih tinggi pula. Bila proses substitusi impor ini makin meluas, biaya produksi juga meluas ke berbagai barang, sehingga makin banyak harga barang yang naik, dan inflasipun terjadi.

2. Ketegaran Kedua berkaitan dengan ketidakelastisan dari supplay atau produksi bahan makanan di dalam negeri. Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan penghasilan per kapita, sehingga harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk menaik melebihi kenaikan harga barang- barang lain. Akibat selanjutnya adalah timbulnya tuntutan karya­wan untuk memperoleh kenaikan upah. Kenaikan upah berarti kenai­kan ongkos produksi, yang berarti kenaikan harga barang-barang tersebut. Kenaikan harga tersebut menyebabkan tuntutan kenaikan upah lagi. Dan kenaikan upah ini diikuti kenaikan harga-harga. Demikian seterusnya.

Kesimpulan dari teori strukturalis yaitu:
1.      Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di negara- negara yang sedang berkembang.
2.      Jumlah uang yang beredar bertambah secara pasif mengikuti dan menampung kenaikan harga barang-barang tersebut. Proses inflasi tersebut dapat berlangsung terus hanya bila jumlah uang yang beredar juga bertambah terus.Tanpa kenaikan jumlah uang, proses tersebut akan berhenti dengan sendirinya.(juga dalam teori Keynes dan teori kuantitas).
3.      Tidak jarang faktor-faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab musabab yang paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100% struktural. Sering dijumpai bahwa ketegaran ketegaran tersebut disebabkan oleh kebijaksanaan harga/moneter pemerintah sendiri.

2.2.5        Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan temenyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

2.2.6        Perhitungan Laju Inflasi

Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.

Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Untuk menghitung besarnya inflasi terlebih dahulu harus diketahui indek harga konsumen (IHK).  IHK adalah ukuran perubahan harga dari kelompok barang dan jasa yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah tangga dalam jangka waktu tertentu.
untuk menghitung IHK digunakan rumus :

                 Harga sekarang
IHK = -----------------------  x  100%
            Harga pada tahun dasar

Contoh menghitung IHK :
Harga jenis barang tertentu pada tahun 2003 Rp. 50.000 dan harga pada tahun dasar Rp. 40.000, maka IHK tahun 2003 adalah...

            50.000
IHK = ---------- x 100% = 125%
            40.000

Rumus untuk menghitung Laju inflasi adalah :

Laju Inflasi = IHK Periode n - IHK tahun sebelumnya

Contoh soal :
IHK bulan Agustus 2009 sebesar 115,34 dan IHK pada bulan september 2009 sebesar 125,30, maka laju inflasi bulan september adalah ....
Jawab :
Laju inflasi = 125,30 - 115,34 = 9.96%

2.2.7        Cara Mengatasi Inflasi

Salah satu cara mengatasi inflasi dengan kebijakan pemerintah yaitu melalui kebijakan fiskal dan/ kebijakan moneter. Cara ini dilakukan pemerintah agar tidak menyebabkan dampak inflasi seperti meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (pengertian inflasi), menjadi tidak meluas. Karena inflasi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebaliknya, kebijakan yang diambil juga harus dapat mencegah penyebab inflasi maupun timbulnya deflasi.

Contoh kebijakan fiskal pemerintah, misalnya adalah menurunkan pungutan pajak secara dinamis, menaikkan insentif bagi dunia usaha yang melakukan perdagangan internasional, kebijakan ekspor-impor yang secara positif dapat menurunkan tingkat inflasi, kebijakan pembangunan infrastruktur yang tidak menekan dunia usaha, dll. Dampak positifnya, dapat meningkatkan gairah sektor-sektor industri yang pada akhirnya penyerapan tenaga kerja meningkat; bukan justru memperbanyak PHK dan pengangguran.

Sementara, kebijakan moneter dapat mendorong pertumbuhan perekonomian jika dapat mengatasi inflasi menjadi tidak lebih tinggi. Bank Indonesia umumnya mengandalkan jumlah uang yang beredar dan/ tingkat suku bunga dalam mengendalikan harga. Selain itu, Bank Indonesia juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik dan kurs rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar (USD).

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi negara, yang pada akhirnya memberikan manfaat positif bagi peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Pentingnya pengendalian inflasi yang tinggi dan tidak stabil, dapat memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Sekali lagi, untuk mengatasi inflasi, pemerintah dan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter, contohnya menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sampai dengan suku bunga dasar kredit perbankan.

2.3   Devaluasi, deflasi, apresiasi, depresiasi, revaluasi, redenominasi rupiah

2.3.1        Deflasi

Daya beli uang yang mengalami peningkatan, karena jumlah uang yang beredar relatif lebih sedikit dari jumlah barang dan jasa yang tersedia. Tujuan dari devaluasi adalah untuk meningkatkan ekspor barang, neraca pembayaran menjadi surplus.

2.3.2        Devaluasi

Kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing dengan sengaja. Deflasi dapat di atasi dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan, masyarakat menambah pengeluaran.

2.3.3        Depresiasi

Penurunan nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.

2.3.4        Revaluasi

Kebijakan pemerintah untuk menaikan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing.

2.3.5        Apresiasi

Kenaikan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.

2.3.6        Redenominasi Rupiah

Menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misal Rp 5.000 menjadi Rp 5. Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat tidak berubah.Akibat yang timbul dimasyarakat tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama.

















                                           BAB III

PENUTUP

3.1         Kesimpulan

Angka indeks adalah sebuah rasio yang umumnya dinyatakan dalam persentase yang mengukur satu variabel pada suatu waktu atau lokasi tertentu relatif terhadap besarnya variabel yang sama atau lokasi lainnya. Dalam penyusunan angka indeks, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu tujuan penyusunan angka indeks, sumber dan syarat perbandingan data, pemilihan periode dasar, dan pemilihan timbangan. Perhitungan indeks harga dibagi menjadi dua yaitu, indeks harga agregatif tidak tertimbang dan indeks harga agregatif tertimbang.

Inflasi adalah naiknya harga – harga yang bersumber dari terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang. Inflasi dapat dibedakan berdasarkan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan tingkat keparahan, terdapat inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat dan inflasi sangat berat. Berdasarkan penyebab, terdapat Demmand-pull inflation dan cost-push inflation. Berdasarkan asal terdapat imported inflation dan inflasi dalam negeri.

2.4  Saran

Diharapkan kepada pemerintah untuk menstabilkan efisiensi ekonomi tanpa harus menyebabkan ketidaksetimbangan indeks harga di masyarakat. Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam mengurangi dampak negatif inflasi hendaknya dapat dijalankan sebagaimana mestinya dan mendapatkan partisipasi aktif oleh masyarakat

DAFTAR PUSTAKA



0 komentar